Sabtu, 15 Desember 2018

PERANG DAGANG AMERIKA SERIKAT DENGAN TIONGKOK (CHINA)




Perang Dagang Amerika Serikat dengan China terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada 22 Maret 2018, untuk mengenakan tarif sebesar US$ 50 Miliar terhadap barang-barang China dibawah Seksi 301 Undang-Undang Perdagangan 1974. Dengan menyebut riwayat “Praktik Perdagangan tidak Adil” serta pencurian kekayaan Intelektual. Namun disini Pemerintah China tidak mau kalah serta membuat pembalasan dengan menerapkan tarif mereka untuk lebih dari 128 Produk Amerika Serikat, terutama kedelai yang merupakan ekspor utama Amerika Serikat ke China.
Namun, Presiden Donald Trump membantah bahwa perselisihan tersebut adalah sebuah perang dagang, dinyatakan melaui Twitter pada April 2018. “Kita telah lama kalah dalam perang itu karena ulah orang-orang yang tidak kompeten, yang mewakili kepentingan Amerika Serikat”. Dan menambahkan bahwa ”Sekarang kita mengalami deficit perdagangan $500 Miliar per tahun, ditambah pencurian kekayaan intelektual sebesar $300 Miliar per tahun. Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross menyatakan dalam sebuah wawancara CNBC bahwa tarif terhadap produk China yang direncanakan hanya mencerminkan 0,3% dari produk Domestik Bruto Amerika Serikat, sementara menurut Juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders menyatakan bahwa langkah tersebut akan memiliki rasa sakit jangka pendek, namun akan membawa kesuksesan jangka panjang.

Dampak Positif Perang Dagang Antara Amerika Serikat dan China terhadap Indonesia
  • Indonesia Mempunyai Peluang untuk Melakukan Ekspor
Akibat dari perang dagang itu, Indonesia mempunyai potensi untuk mengekspor barang-barang kedua negara itu. Tidak hanya itu, Indonesia mampu menjadi negara ketiga yang “mengambil jatah” mengekspor barang ke Amerika Serikat dan China. Sehingga beberapa produk yang dihasilkan Amerika Serikat dan China yang menggunakan input kedua itu akan Supply menjadi terhambat. Ada beberapa barang yang dapat diekspor Indonesia seperti Baja, Alumunium, Besi serta Buah-Buahan. Meski begitu, Indonesia masih bisa merasakan dampak positif dari perang dagang antara kedua negara tersebut, walaupun sedikit kemungkinannya. Seperti China yang mengenakan tarif impor kedelai mahal, pasti nantinya mereka akan mencari alternatif lain untuk memenuhi minyak nabati dari kedelai. Di sinilah, Indonesia dapat menggantikannya dengan CPO (Crude Palm Oil) dengan memanfaatkan peluang yang ada.

Dampak Negatif Perang Dagang Antara Amerika Serikat dan China terhadap Indonesia
  • Amerika Memutuskan kebijakan Ekspor di Sektor Industri Tekstil
Indonesia sebenarnya juga terkena dampak pengenaan tarif impor tinggi Amerika Serikat, tapi tidak setinggi China. Sektor industri yang turut merasakan dampak dari perang dagang Amerika Serikat dan China salah satunya industri tekstil. Saat ini fasilitas Generalised System of Preference (GSP) dari Amerika Serikat terhadap produk tekstil Indonesia sudah dicabut.
Generalised System of Preference salah satu mekanisme perdagangan yang memberikan penurunan tarif Bea Masuk (BM) dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang dengan menggunakan form A. Tentunya  Indonesia merasakan betul dampaknya, apa lagi salah satunya produk tekstil Indonesia ke Amerika Serikat itu Generalised System of Preference sudah dicabut. Hal ini membuat harga tekstil di Amerika Serikat tidak bisa bersaing dengan produk tekstil lainnya.
Selain itu, bersitegang antara Amerika Serikat dan China akan membuat kedua negara ini mencari pasar baru untuk mendistribusikan produk yang seharusnya di ekspor ke Amerika Serikat atau China.
  • Menurunnya Ekspor Bahan Baku Indonesia ke Amerika Serikat dan China
Dampak ke Indonesia ekspor kedua negara belum terlalu besar. Produk yang dihasilkan China kemudian ke Amerika itu mengambil bahan baku dari Indoensia,  namun akibat perang dagang tersebut menjadi relatif sedikit. Begitu Coverage diperluas, Indonesia perlu kajian lebih lanjut sejauh apa dampak terhadap ekspor untuk kedua negara tersebut.
  • Terjadi Trade Diversion yang bisa dimaksimalkan Indonesia
Karena persaingan pasar akibat perang dagang itu, akan terjadi trade diversion. Hal ini terjadi akibat adanya intensif penurunan tarif, misalnya Indonesia yang sebelumnya selalu mengimpor gula dari China kini harus beralih menjadi mengimpor gula dari Thailand karena harganya lebih murah.

Cara Mengatasi Dampak Perang Dagang Antara Amerika Serikat dan China terhadap Indonesia
Perang Dagang antara Amerika Serikat dan China terhadap Indonesia menimbulkan dampak ekonomi di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan menimbulkan ketidakpastian. Untuk mengatasinya, Pemerintah Indonesia berjanji akan memperkuat industri lokal, mengurangi permintaan impor bahan baku dengan mengembangkan industri dasar, dan meningkatkan sektor pariwisata. Menurut pakar ekonomi, produk Indonesia yang terpengaruh oleh tarif yaitu tekstil, karet, sepatu dan iklan yang merupakan salah satu ekspor utama Indonesia ke Amerika Serikat.
Pemerintah Indonesia seharusnya tidak usah banyak mewacanakan tapi harus benar-benar dilakukan. Kunci utamanya adalah “Produktivitas dan Daya Saing”, karena dengan adanya produktivitas dan daya saing pasti kelak akan menciptakan nilai tambah di perekonomian dalam negeri. Sehingga kebutuhan masyarakat akan terjamin yaitu kesempatan dalam bekerja. Dari hal tersebut negara Indonesia mampu mempunyai sumber daya yang besar, baik SDA maupun SDM yang baik, itu lah yang dimaksud dengan produktivitas. Selama semuanya produktif, kelak nantinya akan terjadi gejolak dari luar, Indonesia mampu bertahan tanpa menghiraukan apa yang sedang terjadi.

Demikian artikel tentang Perang Dagang Antara Amerika Serikat dan China, mohon maaf jika dalam penulisan artikel terdapat kesalahan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Sekian dan Terima Kasih.

Referensi:













Tidak ada komentar:

Posting Komentar